Senin, 21 Februari 2011

Biarkan mata  ini memandang mu
Memberi warna indah di bola matamu
Jiwa ku tersentuh sesuatu...
Tapi, aku tak tahu apakah itu...???

Sungguh, ...
AKu, gelisah
Aku takut mengartikan makna yang tersirat di mata indah itu

Biarkan hati kita yang berbicara...
aku tidak butuh kata, tapi rasa
Aku tidak butuh rayuan mu,
Aku butuh senyum manis itu

Hanya, beberapa detik saja ...
Aku menikmati keindahan mata itu
Jiwa bergejolak,...
 Mengguncang sekeping hati yang aku miliki











Minggu, 22 Agustus 2010

Kegelisahan

Benarkah... hati ku marah,...?
Benarkah.... aku kini mulai, jemu...?
Benarkah, ini hanya sementara...
Ataukah, ini adalah keegoisan ku.


Aku, tidak ingin sesuatu yang kurasakan ini,...
Menghancurkan rasa ku pada mu.
Aku tidak ingin, semuanya berubah jadi yang tak kuinginkan
Apakah, kamu tahu...sayang, ...?


Aku, kini gelisah, bimbang,...sayang.
Aku gelisah, atas apa yang aku rasa,...
Aku takut,...
Aku....


Ketakutan, ku mengalahkan rasa rinduku pada mu.
Ketakutan ku, meyelimuti hati dan jiwaku.
Yah, ini tidak adil buat mu...
Tapi, inilah ,...sayang,...perasaan ku saat ini.

Sabtu, 21 Agustus 2010

DO'A SEORANG WANITA UNTUK PRIA PUJAANNYA

Aku berdoa …untuk seorang pria yang akan menjadi bagian dari hidupku…
Seorang pria yang sungguh mencintai-MU… lebih dari segala sesuatu.
Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya… setelah Engkau.
Seorang pria yang hidup bukan hanya untuk dirinya sendiri… tetapi untuk-MU.
Seorang pria yang yang mempunyai hati sungguh mencintai dan haus akan Engkau
… dan memiliki keinginan untuk mentauladani sifat-sifat Agung-MU.
Seorang pria yang mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup… sehingga hidupnya tidaklah sia-sia.
Seorang pria yang mempunyai hati yang bijak… bukan hanya sekedar otak yang cerdas.
Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku… tetapi juga menghormatiku.
Seorang pria yang tidak hanya memujaku… tetapi dapat juga menasehati ketika aku berbuat salah.
Seorang pria yang mencintaiku bukan karena kecantikanku… tetapi karena hatiku.
Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku… dalam tiap waktu & situasi.
Seorang pria yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita… ketika di sampingnya.
Seorang pria yang membutuhkan dukunganku… sebagai peneguhnya.
Seorang pria yang membutuhkan do’aku… untuk kehidupannya.
Seorang pria yang membutuhkan senyumanku… untuk mengatasi kesedihannya.
Seorang pria yang membutuhkan diriku… untuk membuat hidupnya menjadi sempurna.

…Dan aku juga meminta…
Buatlah aku menjadi seorang perempuan yang dapat membuat seorang pria itu bangga.
Berikan aku sebuah hati yang sungguh mencintai-MU…
Sehingga aku dapat mencintainya dengan cinta-MU,
Bukan mencintainya dengan sekedar cintaku.

Berikanlah sifat-MU yang lembut …
Sehingga kecantikanku datang dari-MU… bukan dari luar diriku.

Berikan aku tangan-MU…
Sehingga aku selalu berdo’a untuknya.

Berikanlah aku penglihatan-MU…
Sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dalam dirinya… dan bukan hal buruk saja.

Berikanlah aku mulut-MU…
Yang penuh dengan kata-kata kebijaksanaan-MU dan pemberi semangat…
Sehingga aku dapat mendukungnya setiap hari…
Dan aku dapat tersenyum padanya setiap pagi.

...Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu…
Aku berharap… kami berdua dapat mengatakan …
“Betapa besarnya Engkau… karena telah memberikan kepadaku seorang yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna.”

Aku tahu bahwa Engkau menginginkan kami bertemu pada waktu yang tepat …
Dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang kau tentukan…

Amiiiin…


Oleh: Tatik suciati

Sekedar kata,...

Assalamualaikum sahabat-sahabat dunia mayaku, apa kabar?
Apa kabar dengan hati yang lama tak pernah ku jumpa?Apa kabar dengan hati yang masih dalam perjuangannya demi menggapai ridho-Nya?Apa kabar dengan setia dan kejujuran?
andai saja aku bisa mengungkap semua kata dan rasa dalam hati yang aku punya ini..., maka seribu lembar kertas pun tak akan cukup untukku menuangkannya. Banyak sekali cinta, banyak yang ingin aku ungkap secara langsung di hadapnya nanti. Andai dia tahu, aku hambar tanpa pengisi kasih dan pedulinya padaku, andai saja dia tahu apa yang aku rasakan ini untuknya....
Cinta bukan yang bernama keegoisan rasa,bukan yang megucap " bagaimana?" namun " aku mengerti..."bukan " di mana?" tapi " di sini...."bukan " aku ingin seperti ini...." akan tetapi " aku mencintainya dengan apa adanya..."
sepinya diriku tanpa dia di sini,hampanya hatiku karena ku tahu dengan nyata dia tak berada di sampingku,seringnya ia patahkan aku...., namun aku bukan seorang yang mudah menyerah...aku bertahan, karena ada kejujuranku... untuk mengasihinya....luka itu memang sakit cinta, akan tetapi lebih sakit lagi jika aku membohongi diri ini.Mungkin aku bisa menggunakan dusta putihku, namun selama aku masih bisa menjaga kebaikan dalam jujurku, sungguh... demi Allah yang Maha Menghargai, ku akan berjalan di sini tanpa ada paksa dari siapapun, dan yang utuh adalah hanya ada nurani dan hati yang suci.
Ketika luka – luka telah mengering, Selama itu pula aku haus untuk merindukannya, pun selama luka itu masih basah dan masih pekat terasa ngilu di ulu hatiku. inginnya aku bersamanya, menjaga hatinya, mendampinginya ketika resah dan gundah melandanya, ahh... akankah ia tahu begitu dalamnya kasihku. Sehingga semua luka dan kecewa itu tak akan mampu mengubahnya, sekalipun pernah ia memintanya untuk aku melakukannya.
Maafkan, maafkan aku, karena aku terlalu jujur pada perasaanku.Dan semua, semua.... masih tetap utuh pada tempatnya.Rasa yang bercampur baur, ada duka, ada kecewa, namun ada pula rasa percaya di antara sejuta ragu, ada setitik cahya diantara gelapnya cakrawala.
Ketika smua terhempas karena sia–sia, maka akan ku coba pelajari kesedihan ini, kesakitan ini, dan ku anggap ini sebagai hadiah "besar"-Nya.
Derita ini adalah anugerah dan suatu kehormatan tersendiri bagiku di atasnya dan di bawah kekuasaan-Nya. Jiwa tak akan pernah mengenal arti tegar jika ia hanya datar merasakan perjalanan hidupnya. Hati tak akan pernah mengerti rasa sakit, jika ia selalu bahagia, Maha Suci Tuhan Semesta Alam atas segala rangakaian hidup yang sempurna ini.
Dan...., ia membuatku banyak belajar dalam sakitnya aku ketika aku terhujam mendekam dalam tebing bebatuan yang tajam. ia membuatku menjadi orang " besar" dalam rasa kesyukuranku pada-Nya. Terima kasihku ucapkan untuknya atas-Mu, ia membuat aku menjadi jiwa yang sabar atas segala penantian dan pengertian. Secuil apapun itu harapan adalah tetap menjadi harapan. Dimana ia juga bisa tumbuh dari rasa kecewa, dari rasa luka. Maka biarkanlah ia tumbuh menjadi dewasa dalam matangnya pemahaman.
Mungkin aku akan berdiri di atas rangakain jerami yang selalu ada di depanku ketika aku berjalan, dan tiada lain adalah rasa sabar ketika aku harus membersihkannya , tiada lain dari rasa ikhlas ketika aku merasa lelah untuk merapikannya agar ia tak melukaiku. Namun ketika goresan luka itu ada , tiada lain pula rasa bertahan dan pengupayaan untukku mengobatinya. Dan tiada lain dengan rasa tulus aku melakukannya.
Begitu pula dengannya ...,jika pun harus ada air mata, maka biarlah ia menjadi teman sedihku untuk menyayanginya...jika ada rasa sakit mendera, maka biarkanlah ia menjadi teman setiaku dalam bertahan atas segala kejujuranku padanya ....
Sungguh aku bersyukur, karena aku mengenalnya, sekalipun aku tak pernah utuh memilikinya, sekalipun utuh yang ia punya tak hanya untukku...jangan tanyakan tentang kesedihan yang ia pun tahu,jangan bertanya tentang rasa sakitku, bila ia pun merasakannya...aku memang manusia biasa, yang tak sempurna, dan kadang salah...namun rasa kasihku telah mengalahkan rasa sakitku,rasa asihku mengalahkan egoku ...dan sayangku...., telah mampu mengobati luka – luka itu.
Wahai dia yang menjadi penguni hati, kapan aku bisa menyentuhnya?Dimana aku bisa menemui hangatnya jemarinya mengusap semua peluhku?Ataupun sebaliknya aku yang mengusap peluh di wajahnya...Dan aku yang akan membelai lembut bahunya ketika ia goyah di jalan perjuangannya bersamaku,agar ia tahu betapa pedulinya aku terhadapnya...
dalam sujud kudusku pada-Nyaku titipkan doa dan pintaku.....semoga dia senantiasa dalam penjagaan-Nya ketika penjagaanku tak sampai padanyasemoga ia selalu dikasihi dan disayangi-Nya ketika kasih dan sayangku tak mampu melampaui dimana ia berada saat ini.Ku pinta pada-Nya agar Cinta-Nya selalu ada untuknya, ketika aku tak sanggup lagi mencintai
Ku tegarkan, segala kerapuhan,kan ku indahkan segala kesedihan...bahagianya adalah doa dan harapku....senyumnya, menjadi suatu cita – cita dimana aku bisa merasakannya itu tulus hanya untuku...
Semoga kan selalu baik adanya , meskipun jalan ini tak sempurna....
ucap terakhirku, ku harap kan terbaca jelas di mata dan hatinya...
aku mengerti...., aku di sini, dan aku mencintainya apapun adanya ia dengan segala kurangnya...
dan biarlah........., biarlakanlah tulusku...yang mencintainya....

Hati ini Milik mu

I Love You,...
Kaki, ini masih berdiri disini,...
Hati, ini masih milik mu.
Harapan, angan menjadi satu.
Itulah, niatan yang Indah untuk mu.

Biarkan, semua rasa... mengalir apa adanya.
Biarkan mimpi itu, menjelma.
Biarkan, asa meyelimuti jiwa.
Biarkan, Cahaya itu menyinari, senyum manis kita.

Tiada, kata yang bisa terucap.
Hanya, mampu dirasa...
Biarkan Aku dibuainya, ...
Aku ingin menikmatinya,

Karena engkau memang pantas...untuk dikasihi.
Karena, engkau Mentari ku, yang selalu meyinari kehidupan.
Kehidupan kosong ku, kegelisahan ku, ...

Karena engkau, memang ada buat aku.

Terimakasih, Cinta...
Terimakasih, hati...
Terimakasih, Yang terkasih,...

Jumat, 16 Juli 2010

PATAH HATI



For even love crowns you so shall he crucify you (Kahlil Gibran – the Prophet)

Dia berbabaring seorang diri di dalam kamarnya yang luas. Dari seperangkat hifi yang terletak di samping ranjangnya, megalun nyayian lembut F4 dengan Te – amo-nya. Diluar salju melayang-layang ke bumi bagaikan kembang-kembang putih yang menyebarkan suasana dingin di hatinya. Tubuhnya meringkuk dalam selimut tebal. Tetesan air mata mengalir di pipinya yang halus. Wajahnya yang cantik tak mampu menyembunyikan kepedihan yang tersembunyi dalam jiwanya. Musik  udara dingin. Kesedihan. Rindu. Tiba-tiba dia ingin berseru dengan keras: “Mengapa kau tidak lagi memahami diriku? Mengapa kau meninggalkan aku dalam lara? Apa lagi yang harus kulakukan agar kau dapat mengerti keadaan ku ini? Sungguh, aku mencintai tetapi mengapa engkau pergi…?”

          Masa lalu yang indah kini membayang dalam selimut kabut. Dia, seorang dara manis, kini larut dalam sepi dan rindu setelah ditinggalkan kekasihnya. Tak ada yang mampu menghiburnya. Tak ada yang mampu membuatnya memahami hidup. Saat kepedihan oleh rasa sesal dan marah menggusur seluruh pemikirannya. Tidak. Tak ada lagi yang dapat dilakukanya kecuali berdiam diri sambil menyesali dan merasa gusar atas segala ketidak-adilan yang menimpanya saat ini. “apakah salahku?” bisiknya pelan.’ya, apakah yang telah kulakukan hingga kau meninggalkan aku?”

‘sebab sebagaimana cinta memahkotaimu, demikian pula dia menyalibmu” tulis Kahlil gibran dalam bukunya yang indah, Sang Nabi. Cinta. Bukankah segenap apa yang kita jalani dalam hidup ini cinta. Kita lebih toleran dan memaklumi keaadaan orang lain. Sebaliknya jika sikap ingin dicintai yang dominant, maka setiap perbuatan orang lain yang mengusik diri kita akan menjadi malapetaka bagi kita sendiri. Kita mudah merasa tersisih, merasa kesepian serta gusar atas tindakan orang lain yang tidak lagi mencintai diri kita. Kita ingin terus menikmati cinta yang diberikan kepada kita tanpa menyadari bahwa cinta itu kadang semua belaka. Dan apa gunanya sesuatu yang semu?

          Tetapi ada waktunya untuk belajar mencintai. Ada pula waktunya untuk menerima cinta. Hidup tidak mesti dipatok ukuran tetap. Memang jika kita menerima cinta, selayaknya pula kita memberi cinta. Tetapi kemudian, segala resiko darinya harus dapat dipertanggungjawabkan bersama. Karena itu, perasaan duka, sesal dan marah atas kegagalan kita dalam memberi dan menerima cinta, janganlah membuat kita putus asa. Percayalah bahwa hidup tidak akan menjadi basi hanya karena kegagalan itu. Masih banyak, banyak orang yang dapat kita berikan cinta. Dan masih banyak pula orang yang akan mencintai kita. Jadi mengapa harus berduka berkepanjangan?

          Dengan perlahan dia sibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Dia bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju jendela kamarnya. Diapun membuka lebar daun jendela dan membiarkan udara dingin yang segar memasuki dadanya. Diluar, di sudut jalan, dia melihat dua anak kecil sedang menjajakan Koran. Dan dua orang nenek sedang berjalan, memakai baju usang, memikul buntalan yang nampak lebih besar dari tubuh mereka sendiri. Mereka saling bersenda gurau, melempar canda tawa dan tertawa lebar walau dunia seakan melupakan mereka. Duka? Suka? Apalah artinya dibanding dengan keindahan hidup yang telah dianugrahkan Tuhan kepada kita? Bukankah yan g perlu kita lakukan hanyalah menyebarkan harum cintaNya? Dan itu lepas dari kesendirian kita sendiri saja. Maka tak guna menyesali segala sesuatu yang telah terjadi karena hari esok masih panjang menantang…

          “betapa aku terlalu mengasihani diriku sendiri. Aku hanya melihat ke dalam diriku saja tanpa mau mengetahui apa yang dialami orang-orang lain. Aku terlalu egois. Ternyatalah bahwa selama ini aku tidak mengenal diriku sendiri. Bukankah untuk memahami diri sendiri kita harus bercermin pada hidup orang lain juga? Dan jika dia telah pergi meninggalkan aku, toh, bukan aku sendiri saja yang mengalami hal ini. Tidak, yang perlu menyesali diri bukan aku, tetapi dia yang menolak untuk kuberikan cinta. Aku harus bangkit dan melihat ke luar lagi sekarang…” gumamnya pelan. Maka dia pun menghapus air matanya dan melempar seulas senyum ke dunia luar. Kepada anak-anak penjaja Koran itu.
          Kepada nenek-nenek yang sedang bercengkerama itu. Dan kepada dirinya sendiri juga.

          Untuk hidup, sayang ku, kita selalu harus mengambil resiko. Dan tidak perlu disesalkan apa yang telah terjadi sebab yang telah terjadi biarlah tenggelam dalam masa lalu. Yang kita butuhkan sekarang adalah memperbaiki diri dari segala kesalahan masa lampau mengubah diri kita menuju masa depan yang lebih bermakna. Inilah tugas kita dalam hidup: Belajar dan terus belajar untuk menggapai makna keberadaan kita di dunia ini. Dan jika waktunya tiba kelak. Tuhan akan berkata: “Tidak percuma Aku memberikan hidup. Tidak sia-sia Aku membimbing jalanmu”. Bye Tonny Sutedja